Selasa, Maret 23, 2010

Kekurangan Entrepreneur


Negeri ini masih sangat kekurangan entrepreneur. Dibalik beragam liputan tentang seribu satu sosok enterpreneur, negeri ini ternyata masih sangat sedikit memiliki kaum wirausaha. Data terkini menunjukkan angka populasi entreprenuer di negeri ini hanya 0,18 % dari total penduduk, atau hanya sekitar 400,000 orang. Sebuah jumlah yang terlalu sedikit untuk sebuah negara dengan penduduk lebih dari 200 juta jiwa.

Padahal, kisah kemonceran sebuah bangsa selalu dilentikkan oleh kisah heroisme para entrepreneurnya. Mereka membangun bisnis dari nol, mendedahkan cerita legendaris, dan kemudian menancapkan jejak yang amat kokoh dalam sejarah ekonomi dunia. Amerika akan selalu dikenang karena mereka memiliki Henry Ford, Bill Gates, ataupun Lary Page & Sergei Brin (pendiri Google). Jepang menjadi legenda lantaran kisah Akio Morita (pendiri Sony), Soichiro Honda dan Konosuke Matshushita (Panasonic).

Lalu bagaimana solusinya? Apa yang mesti dilakukan negeri ini sehingga kelak akan lahir Bill Gates dari Bandung, Akio Morita dari Pemantang Siantar, ataupun Sergei Brin dari tanah Maluku? Solusi ini akan coba kita bentangkan dengan terlebih dulu menulusuri dua faktor utama kenapa negeri ini masih sangat kekurangan sosok entrepreneur yang tangguh.

Jawaban yang pertama mudah : kita sangat kekurangan jumlah entrepreneur karena sistem pendidikan kita memang mendidik kita untuk menjadi pegawai dan bukan entrepreneur; mengarahkan kita untuk menjadi kuli, bukan kreator. Sungguh mengherankan, sepanjang kita sekolah selama puluhan tahun, kita nyaris tidak pernah mendapatkan pelajaran mengenai entrepreneurship. Juga nyaris tak pernah mendapatkan pelajaran tentang keberanian mengambil resiko, tentang ketajaman mencium peluang bisnis, ataupun pelajaran tentang life skills – sebuah pelajaran penting yang akan membikin kita menjadi manusia-manusia mandiri nan digdaya.

Tidak. Kita tak pernah mendapatkan itu semua. Selama bertahun-tahun kita hanya dijejali dengan aneka teori dan konsep, seolah-olah kelak kita akan menjadi “kuli” atau pegawai di sebuah pabrik. Lalu begitulah, setiap penghujung tahun ajaran, setiap kampus ataupun sekolah bisnis beramai-ramai mengadakan Job Fair, memberikan pembekalan (sic! ) tentang cara menyusun CV yang bagus dan trik bagaimana menghadapi wawancara kerja. Semua dilakukan sebab seolah-seolah bekerja menjadi “kuli berdasi” di perusahaan besar (kalau bisa multi national companies) merupakan “jalur emas” yang wajib ditempuh oleh setiap lulusan sarjana.

Kenyataan seperti diatas mestinya harus segera dikurangi. Sebab situasi semacam itu hanya akan membuat spirit entrepreneurship kita pelan-pelan redup. Sebaliknya, kita sungguh berharap pendidikan dan pelajaran entrepreneurship diberikan secara masif dan sejak usia dini, setidaknya sejak di bangku sekolah SLTP (pelajaran tentang entrepreneurship juga bisa Anda dapatkan DISINI). Sebab dengan demikian, negeri ini mungkin bisa bermimpi melahirkan deretan entrepreneur muda nan tangguh pada rentang usia 17 tahun-an.

Pada sisi lain, acara semacam job fair mestinya disertai dengan acara yang tak kalah meriahnya, yakni semacam “Entrepreneurship Campus Festival”. Kita membayangkan dalam ajang ini, ribuan mahasiswa muda datang dengan beragam gagasan bisnis yang segar, dan kemudian dipertemukan dengan barisan investor yang siap mendanai ide bisnis mereka (investor ini sering juga disebut sebagai “angel investor” atau “venture capital”). Melalui ajang inilah bisa dilahirkan ribuan entrepreneur muda baru dari setiap kampus yang ada di pelosok tanah air. Dan sungguh, dengan itu mereka tak lagi harus antri berebut fomulir lamaran kerja, ditengah terik panas matahari, dengan peluh di sekujur tubuh, dengan muka yang kian sayu…….(duh, biyung, malang nian nasibmu…).

Faktor kedua yang membuat kita sangat kekurangan entrepreneur, dan juga harus segera diatasi adalah ini : mindset orang tua kita yang cenderung lebih menginginkan anaknya menjadi pegawai/karyawan. Sebab, orang tua mana sih yang tidak bangga jika anaknya bisa menjadi ekskutif di Citibank atau manajer di Astra International? Mindset semacam ini menjadi kelaziman sebab bagi kebanyakan orang tua kita, mengabdi dan bekerja di sebuah perusahaan besar setelah lulus kuliah adalah jalur yang harus dilalui untuk merajut kesuksesan. Sebuah jalur “paling stabil” dan “paling aman” untuk dapat melihat anaknya mampu membangun rumah dan memiliki sebuah mobil sedan.

Sebaliknya, orang tua kita acap ragu dan gamang ketika melihat anaknya memutuskan untuk membangun usaha secara mandiri. Mereka khawatir jangan-jangan hal ini akan membuat anak cucu mereka kelaparan……Mindset semacam ini pelan-pelan harus diubah. Cara yang paling efektif adalah dengan menyodorkan semakin banyak contoh keberhasilan yang bisa diraih para entrepreneur muda. Dengan kisah-kisah keberhasilan ini, diharapkan orang tua kita menjadi kian sadar bahwa pilihan menjadi entreprenuer dan membuka usaha sendiri merupakan jalur yang juga bisa membawa kesuksesan yang melimpah.

Ya, orang tua kita mungkin perlu disadarkan, bahwa pilihan menjadi juragan ayam ternak di kampung halaman tak kalah hebat dibanding menjadi manajer di Citibank yang berkantor megah di Sudirman. Bahwa pilihan menjadi juragan batik grosir tak kalah mak nyus dibanding menjadi ekeskutif di sebuah perusahaan multi nasional…… (Blog Strategi & Manajemen)

Menurut Pak Ciputra :

“Kita banyak menciptakan sarjana pencari kerja, bukan pencipta lapangan kerja, itu membuat masyarakat kita terbiasa makan gaji sehingga tidak mandiri dan kreatif,”
Entrepreneur atau wirausahawan, kata pria yang akrab disapa Pak Ci’ ini, adalah seseorang yang mampu mengubah kotoran atau rongsokan menjadi emas. Dengan demikian, kata dia, negara selama ini hanya mencetak begitu banyak sarjana yang hanya mengandalkan kemampuan akademisnya, tetapi menjadikan mereka lulusan yang tidak kreatif.

“Malaysia punya lebih banyak wirausahawan daripada Indonesia, kini mereka lebih maju karena pendapatannya yang empat kali lebih besar dari Indonesia,” ujar Pak Ci’ lagi

Saat ini semakin banyak komunitas untuk Anda yang ingin terjun di dunia bisnis, misalnya :

1. Komunitas TDA (Tangan Diatas)
2. Entrepreneur University (E U)
3. Ciputra Entrepreneurship School (CES)
4. Youth Entrepreneur Study (YES)
5. dll

Wassalam,

Fadil Arif
Grosir Kerajinan Kulit
Sejuta Pengusaha

Senin, Maret 15, 2010

Membangun Bisnis Baru Multimedia

Dalam memulai bisnis baru dibangun, berdasarkan pengalaman, sebaiknya tidak perlu terlalu kaku membuat struktur organiasi perusahaan. Yang harus menjadi perhatian utama adalah komponen apa saja yang diperlukan oleh perusahaan baru, terutama di bidang multimedia dan informatika.

Pertama: pemasaran dan penjualan.

Seringkali
bisnis baru bangkrut karena divisi pemasaran dan penjualannya loyo. Banyak yang merasa mampu membuat solusi multimedia dan informatika membuat usaha baru namun setahun kemudian tutup karena tidak dapat proyek. Tugas divisi ini adalah melakukan riset pasar, promosi, mencari prospek klien, melakukan presentasi sampai dapat menghasilkan proyek untuk perusahaan.



Kedua: produksi. buatlah struktur organisasi yang tepat.

Meski demikian, sebaiknya agar setiap proyek dikelola oleh Manajer Proyek yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan proyek
peluang bisnis baru. Manajer Proyek ini sifatnya temporer: ada ketika ada pekerjaan, sehingga tidak perlu ada di struktur organisasi. Namun dalam peluang bisnis baru, pekerjaannya Manajer Proyek membawahi seluruh tim produksi seperti desainer dan programmer sekaligus menjadi penghubung ke klien.


Ketiga: Administrasi dan Keuangan.

Divisi ini bertanggung jawab terhadap masalah legal, administrasi, pembuatan invoice, penagihan, pembayaran dan tetek bengek keuangan termasuk mengatur cash flow dan membayar gaji karyawan.


Ketiga divisi itu cukup dipegang oleh masing-masing satu orang. Direksi & komisaris cukup satu saja.


Perusahaan baru dalam
memulai bisnis baru sebaiknya cukup mengkonsentrasikan pada tiga fungsi dasar tersebut. Bersamaan dengan pertumbuhan perusahaan, jika dirasa perlu melakulan reorganisasi, lakukan saja. Ingat: salah satu daya hidup perusahaan kecil ada pada fleksibilitas organisasinya. Oleh karena itu, manfaatkan daya hidup ini sebaik mungkin.


www.alumniits.com

Rabu, Maret 10, 2010

Tips Membuat Pameran Wedding

1. Gunakan lampu. Hampir semua convention centers memiliki penerangan gedung yang bagus. Anda boleh-boleh saja mengharapkan penerangan stand pameran dan stand design pameran anda pada existing lampu gedung tanpa perlu menambah lampu di dalam area booth anda demi alasan dana..

2. Lakukan pendekatan 'novel'; kembangkan sebuah thema untuk stand pameran dan stand design pameran anda. Keluarlah dari pendekatan traditional, dan biarkan itu menjadi milik peserta pameran dengan luas area yang besar karena memang mereka bisa berharap 'real estate' mereka menjadi stand out.

3. Usahakan untuk mendisplay produk dan nama perusahaan di sudut yang terlihat oleh pengunjung.

4. Simple and uncluttered. Gunakan satu atau dua produk saja untuk di display.

5. 'Size' everything to fit the booth. Buat apa mendisplay mobil apabila anda hanya ingin menjual velg-rodanya saja, misalnya. Gunakan bantuan multimedia monitor (tv atau plasma), poster atau graphic yang menarik. Juga jangan gunakan meja counter besar bekas pameran yang lalu (misalnya) demi alasan hemat biaya stand pameran desain dan desain stand pameran. Anda tentu tak ingin staff anda terlihat seperti orang kerdil di balik meja besar itu, kan?

6. Gunakan visual yang berpengaruh kuat dengan memakai graphic poster besar. Akan tetapi tetaplah ingat, jangan gunakan images/gambar-gambar besar di poster itu. Sisipkan copytext/kata-kata yang sesuai proporsi ukurannya pada poster tersebut. Jangan terlalu berlebih ukurannya juga jangan terlalu kecil ukurannya karena akan menjadi sulit terbaca dan terlewatkan.

7. Tempatkan graphics dibatas mata pengunjung. Garis bawah graphic idealnya dibatas 90 centimeter. Jika terlalu rendah nantinya mungkin bisa terhalang oleh display produk anda.

8. Gunakan paduan warna yang menarik, eye catching sehingga bisa stand out di arena pameran yang ramai. Anda tentu bisa membedakan warna menarik dengan warna norak, bukan?..... Warna-warna netral akan membuat stand pameran desain dan desain stand pameran kecil anda 'melarut' dikeramaian.

9. Jadikan pameran anda full service, bukannya 'self-service'. Lho, kok...? Maksudnya apa? Menyebar flyers, brochures, product samples and give away di meja display dimana pengunjung bisa mencomot sambil berjalan lewat, sebenarnya menggagalkan tujuan anda mengikuti pameran design dan pameran jakarta. Ingat, tujuan anda berpameran adalah untuk berinteraksi dengan pengunjung.

10. Jika memang dana terbatas akan tetapi memiliki rencana pameran design dan pameran jakarta untuk mengikuti beberapa pameran, berinvestasilah dengan membeli modular system. Ada beberapa modular system yang bisa di kostumisasi bentuknya, atau diganti graphicsnya sehingga bisa memberi kesan bagus;' finished-look'. Meja info standar yang dibalut skerting kain sudah lewat era-nya, hehehe..

Dukung kampanye stop dreaming start action sekarang

http://chreeztyan.blogspot.com


Salam,


Sejuta Pengusaha

Rabu, Maret 03, 2010

Proses Pendirian Badan Usaha (PT)

Dalam melangsungkan suatu bisnis, para pengusaha membutuhkan suatu wadah untuk dapat bertindak melakukan perbuatan hukum dan bertansaksi. Pemilihan jenis badan usaha ataupun badan hukum yang akan dijadikan sebagai sarana usaha tergantung pada keperluan para pendirinya.

Dalam mendirikan usaha tentunya harus ada
ijin usaha, izin usaha, ijin perusahaan untuk melakukan bisnisnya. Sarana usaha yang paling populer digunakan adalah Perseroan terbatas (PT), karena memiliki sifat, ciri khas dan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bentuk badan usaha lainnya, yaitu:

* Merupakan bentuk persekutuan yang berbadan hukum,

* Merupakan kumpulan modal/saham,

* Memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan para perseronya,

* Pemegang saham memiliki tanggung jawab yang terbatas,

* Adanya pemisahan fungsi antara pemegang saham dan pengurus atau direksi,

* Memiliki komisaris yang berfungsi sebagai pengawas,

* Kekuasaan tertinggi berada pada RUPS.

Prosedur Pendirian PT secara umum sbb.:

1. Pemesanan nama ps. 9 (2) (+ 3 hari) :
* kuasa pengurusan hanya bisa kepada Notaris
* dalam jangka waktu maksimal 60 hari, harus diajukan pengesahannya ke Departemen Kehakiman atau nama menjadi expired

2. Pembuatan akta Notaris (ps. 7 (1))

3. Pengurusan ijin domisili & Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Perseroan sekaligus pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) & Berita Negara Republik Indonesia (BNRI) (jangka waktu + 2 minggu)

4. Pembukaan rekening Perseroan dan menyetorkan modal ke kas Perseroan


5. Permohonan pembuatan
Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) atau Ijin Usaha lain yang terkait sesuai dengan maksud & tujuan usaha ( jangka waktunya + 2 minggu). Surat ijin usaha, surat izin usaha, perizinan usaha ini sangat penting untuk kegiatan bisnis selanjutnya.

6. Pembuatan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) sekaligus Pendaftaran Perseroan untuk memenuhi criteria Wajib Daftar Perusahaan (WDP) (jangka waktunya + 2 minggu sejak berkas lengkap). Pada waktu pendaftaran, asli-asli dokumen harus diperlihatkan, Tentunya ini juga diurus setelah
izin usaha, surat izin usaha.

7. Pengumuman pada BNRI (jangka waktu + 3 bulan).

http://qnoyzone.blogdetik.com