Sabtu, Mei 23, 2009

REJEKI BISA DIRENCANAKAN

REJEKI ITU BISA DIRENCANAKAN


Rejeki itu akan datang
Sesuai pengambilan resiko Bisnis kita

REJEKI itu sebenarnya sudah ada yang mengatur-Nya. Saya kira itu memang benar. Dan, sebagian besar kita berpendapat demikian. Karena sejak lahir setiap orang itu membawa rejeki sendiri-sendiri. Tapi, apakah kita itu bisa meningkatkan rejeki kita sendiri?. Dan, apakah kita tak bisa merencanakan nya? Saya berpendapat, mesli rejeki itu sudah ada yang mengatur-Nya, namun kita harus tetap aktif merencanakannya. Tanpa direncanakan, rejeki itu sulit kita raih. Saya kira, rejeki itu membutuhkan peluang untuk mendatanginya.

Mana mungkin rejeki itu datang kalau setiap harinya kita tidak punya aktivitas apa-apa. Hanya pasrah saja. Dan, kita terlalu yakin, bahwa rejeki itu tak perlu dikejar, pasti akan datang sendiri. Saya tak sependapat dengan prinsip ini. Sebab, bagaimanapun juga kalau pada diri kita tak ada kegiatan bekerja, dan hanya selalu memimpikan rejeki itu datang, maka rejeki itupun akan sulit datang atau justru malah menjauh. Tapi sebaiknya, jika kita tekun bekerja, dan kreatif berwirausaha, saya yakin, pasti rejeki akan datang. Bisnis kitapun akan lebih cepat berkembang.

Apalagi, kalau kita berani memilih profesi sebagai pengusaha, dokter, notaris, pengacara, pelukis, seniman, dan lain-lain. Profesi ini sangat berpeluang mendatangkan rejeki yang relative besar atau tidak linier. Sebab, profesi ini berbeda dengan orang yang digaji atau seperti karyawan. Artinya, jika saat ini misalnya sedang menekuni dunia usaha atau sebagai pengusaha, maka jelas sangat memungkinkan sekali bagi kita untuk datangkan rejeki lebih besar. Sementara, kalau kita sekarang ini bekerja ikut orang lain atau setiap bulannya digaji tetap, maka jelas peluang akan datangnya rejeki yang relatif besar, menjadi kecil. Oleh karena itu, rejeki besar itu datangnya mencari tempat yang pas, dan ini bisa kita rencanakan. Tinggal, kita berani atau tidak.

Bicara soal rejeki, saya tadi teringat pengalaman rekan saya. Dia seorang notaris. Saya lihat, dalam menjalankan profesinya, dia hanya menggunakan motor. Lantas, ganti mobil. Itupun mobil lama. Namun ketika saya sarankan agar dia “berani” ambil mobil baru secara kredit, dia terkejut. Apalagi, ketika saya sarankan mobil lamanya dijual saja untuk bayar uang muka.

Setiap bulannya kan harus bayar angsuran? Itu pertanyaannya. Saya jawa, “Nah itulah rejeki akan mengikuti rencana anda. Kalau anda menggunakan mobil bagus pasti klien anda lebih percaya. Karena perfomance atau penampilan dibutuhkan dalam bisnis anda. Apalagi anda mau bekerja keras dan kreatif menjaring klien, saya yakin anda pasti mampu membayar angsurannya. “Rupanya, dia ikuti saran saya”. Apa yang terjadi selanjutnya ? Rejeki notaries itu ternyata mengalir deras, klienya kian bertambah. Selain bisa membayar angsuran, diapun masih punya kelebihan rejeki itu. Dan, kepercayaan dirinya akan profesinya semakin mantap.

Kejadian ini, diantaranya yang membuat saya percaya, bahwa rejeki itu sesungguhnya akan datang mengikuti rencana hutang kita. Rejeki itu juga akan datang sesuai pengambilan resiko bisnis kita. Sehingga pada saat kita ambil resiko bisnis yang kecil, rejeki yang mengalir pun juga kecil. Sebaliknya, bila berani ambil resiko yang besar, maka rejeki yang mengalir pun juga besar.


Wassalam

Fadil Arif
Grosir Kerajinan Kulit
SejutaPengusaha.com

Selasa, Mei 19, 2009


Bagaimana Menjadi Karyawan
Sekaligus Pengusaha


Saat ini sangat ramai diperdebatkan antara golongan Otak Kanan/Kuadran Kanan (Pengusaha) dengan Otak Kiri/Kuadran Kiri (Karyawan). Masing-2 golongan memberikan argumentasi yang seolah-olah saling bertentangan.

Saya ingin berbagi pengalaman dan kiat tentang bagaimana menjadi manusia multikuadran yaitu berada di kuadran employee (karyawan) sekaligus kuadran business owner (pengusha) Memang tidak bisa dielakkan bahwa mengatur waktu sebagai karyawan sekaligus menjalakan bisnis adalah sulit।

Bila kita sudah pernah berhasil dalam sebuah bisnis, maka semangat untuk terus meningkatkan dan menambah cabang tidak bisa terbendung. Bahkan kalau itu dijalankan sewaktu kita masih menjadi karyawan. Itupulah yang terjadi pada saya.

Saat ini saya masih menjadi tenaga pendidik di SMK N1 Malang ( 23 tahun ). Sedangkan untuk Bisnis ( 15 tahun ), dengan perjalanan :
Tahun 1984, setelah lulus sma tidak bisa kuliah, karena beaya. Pekerjaan apasaja telah saya jalani, yaa pasti yang halal dong.
Tahun 1986, diangkat menjadi PNS sebagai tenaga TU dan beralih ke tenaga guru setelah melanjutkan kuliah.
Tahun 1993, memulai usaha sampingan sepulang dari kantor. Dengan berjualan jam tangan.
Tahun 1994, beralih di bidang barang dari kulit. Karena sangat kebetulan disamping rumah kontrakan di Tajinan Malang ada pengusaha jaket kulit. Saya beranikan untuk menawarkan diri menjualkan jaket kulit. Karena keterbatas waktu untuk berkeliling, saya berusaha mencari peluang kerjasama dengan toko atau koperasi untuk membantu menjualnya dengan system konsinasi.
Setelah 2 tahun berjalan, tepatnya tahun 1996, saya beranikan merekrut tukang potong dan jahit untuk membuat sendiri di rumah dinas, jumlah karyawan 7 orang.
Tahun 1998, usaha semakin berkembang pesat. Pekerjaan kantor juga tetap jalan. Saya membeli toko dan membuka Showroom di jalan raya Bululawang, dengan jumlah karyawan 11 orang.
Pameran demi pameran saya ikuti, bahkan tahun 2004 dikirim oleh Kementrian Koperasi untuk mengikuti pameran produk unggulan Indonesia di Kualalumpur Malasyia
Tahun 2005, meluaskan pemasaran dengan membuka 2 cabang di Mall (Matos) dan Tanggulangin Sidoarjo. Inilah awal cobaan menerpa, karena tidak imbang dengan beaya operasional, maka keduanya ditutup dengan meninggalkan hutang sangat besar sekali.
Mulai Tahun 2006 s/d 2009, melalui perjuangan yang sangat berat disamping menanggung beban hutang, dan usaha harus tetap jalan, sementara modal sangat menipis. Saya menemukan peluang usaha sangat besar potensinya, yaitu berjualan sandal/sepatu/tas/dll dengan pangsa pasar menengah kebawah.
Sampai saat tulisan ini saya buat, sudah ada 3 cabang dan bulan Juni 2009 akan membuka cabang yang ke.4

Dari pengalaman dibidang usaha tersebut, agar tidak menganggu kegiatan kantor, saya pekerjakan karyawan dan dibuatkan system penjualan dan pelaporannya. Usaha tetap jalan dan kegiatan mengajar juga tetap jalan.

Beberapa poin yang harus diperhatikan dan dikerjakan adalah :

Kita harus tetap bertanggungjawab terhadap tugas di kantor
Kita harus bisa menyelesaikan pekerjaan di jam kantor dan pekerjaan jangan sampai dibawa pulang.
Kita harus menjalin hubungan baik dengan teman kantor.
untuk operasional bisnis kita serahkan pada karyawan yang bisa dipercaya.
Pengontrolan bisnis bisa dilakukan dengan semua alat komunikasi, tanpa harus sering hadir secara fisik.

Intinya, apabila kita bisa mengatur dengan baik dan bertanggungjawab dengan semua fihak, maka menjadi karyawan dan pengusaha bukanlah yang mustahil.


Wassalam,


Fadil Arif
Grosir Kerajinan Kulit
SejutaPengusaha.com

Senin, Mei 18, 2009

BOBOL, BODOL DAN BOTOL


BOBOL, BODOL DAN BOTOL

Beberapa waktu yang lalu, saya pernah berkunjung ke rumah Pemilik Bisnis Bimbingan Belajar Primagama ( Purdhi E. Chandra ) di Yogyakarta

Kami rombongan satu bis dari Malang dan Surabaya yang tergabung dalam komunitas Entrepreneur University (EU) yang juga didirikan oleh Bpk. Purdhi, yang perkembangannya sudah tersebar dibeberapa kota di Indonesia.
EU adalah suatu komunitas yang ingin mencetak dan melahirkan pengusaha-2 baru dengan memberikan bimbingan dan pelatihan seumur hidup. Bagi lulusannya tidak perlu ijasah, dan baru diwisuda setelah mulai membuka usaha.

Purdhi E. Chandra, mantan mahasiswa UGM dan IKIP Jogyakarta yang terus tekun menggeluti dan mengembangkan bisnis yang didirikannya sejak dibangku kuliah. Sebagai mahasiswa pada awal tahun 1980 an. Otaknya tergolong encer, beberapa kali dia mengikuti tes masuk PT beberapa jurusan dan lolos terus. Sayangnya, kuliahnya sendiri tidak pernah lulus.

Dialah yang mengeluarkan jurus BOBOL ( Berani Optimis Bisnis Orang Lain ); BOTOL ( Berani Optimis Tenaga Orang Lain ); BODOL ( Berani Optimis Duit Orang Lain )

BOBOL ( Berani Optimis Bisnis Orang Lain )
Kalau kita tidak mempunyai ide untuk bisnis apa, yang penting harus berani dan optimis memulai bisnis dengan meniru bisnis orang lain, atau kita ikut menjalankan bisnis yang sudah tersistem ( misal MLM ), atau mengambil franchise yang sekarang banyak bermunculan mulai dari yang lima jutaan sampai dengan ratusan juta. Sambil belajar untuk mempunyai bisnis sendiri.

BOTOL ( Berani Optimis Tenaga Orang Lain )
Selain kita tetap memiliki keberanian dan optimis, kitapun bisa memakai tenaga orang lain, atau kita bisa mencari orang yang ahli dibidangnya, sehingga bisnis tetap bisa jalan. Pendeknya bisnis tidak harus kita sendiri yang menjalankan.

BODOL ( Bernai Optimis Duit Orang Lain )
Nah, kalau nggak punya duit gimana ?, kita bisa mencari pinjaman atau memakai duit orang lain. Saya yakin, asal bisnis kita jelas, dan punya prospek yang bagus, pasti ada saja orang yang mau memberi pinjaman modal pada kita.

Dan satu lagi jurus ATM. Apa itu ?, ya jurus yang paling gampang dan tidak perlu repot-2 mencari ide, yaitu : ATM ( Amati Tiru Modifikasi )

Wassalam,

Fadil Arif
Grosir Kerajinan Kulit
SejutaPengusaha.com