Sabtu, Oktober 24, 2009

Gaya Hidup (Seperti) Orang Kaya Vs Gaya Hidup Minimalis.


Salah satu blog yang rutin saya kunjungi adalah milik Mas Rony bosnya Manetvision.com sekaligus founder TDA (tangan diatas). Dengan bahasa tulisan yang khas dan mudah difahami, Dia menceriterakan Gaya Hidup Orang Kaya Vs Gaya Hidup Minimalis, selamat membaca.......

Oleh roniyuzirman

Dalam sebuah tayangan di TV saya menyaksikan wawancara dengan Warren Buffett, orang terkaya nomor dua di dunia yang baru saja menghebohkan dunia dengan menyumbangkan hampir 80% kekayaannya untuk sosial (koreksi bila saya salah). Saya tidak akan menceritakan betapa murah hatinya dia, tapi gaya hidupnya itu lho yang membuat saya terpesona.

Ia lahir dan tinggal di kota kecil Omaha, Nebraska, bukan di New York atau pusat bisnis lainnya. Mobilnya sedan biasa saja, bukan Rolls Royce, juga bukan Hummer yang super boros itu. Dan ia menyetir sendiri. Di atas mejanya tidak tampak laptop atau PC satu pun, karena saya dengar ia tidak pernah menggunakan semua itu.

Waktu kuliah dulu saya adalah penggemar Emha Ainun Nadjib. Apa pun bukunya, pasti saya beli. Di mana pun ia hadir dan bicara, pasti saya datangi. Salah satu yang saya ingat sampai sekarang adalah konsepnya tentang “kekayaan”.

Menurutnya, kekayaan itu adalah yang tersisa setelah kita konsumsi “secukupnya”. Apa yang dimaksud dengan “secukupnya” itu? Ia mengibaratkan seekor ayam kampung yang keluar masuk kandang setiap hari mencari makan. Ia hanya makan sesuai daya tampung temboloknya. Berapa pun banyaknya jagung yang disebarkan oleh petani, ia hanya menelan sesuai kemampuannya.

Begitu juga dengan orang kaya menurut pengertian ini. Misalnya, kebutuhan hidupnya adalah Rp. 5 juta per bulan. Ketika penghasilannya Rp. 10 juta, yang dikonsumsi Rp. 5 juta, sisanya ia simpan. Begitu juga ketika penghasilannya naik menjadi Rp. 20 juta, yang ia makan tetap Rp. 5 juta, sehingga yang ia saving adalah Rp. 15 juta. Selisih dari yang dikonsumsi dan disimpan itulah yang disebut kekayaan menurut penulis buku Slilit Sang Kyai yang saya gilai itu.

Di Indonesia, atau kebanyakan kita, yang berlaku adalah kebalikannya. Begitu naik penghasilannya, naik juga kebutuhannya. Kalau dulu cukup dengan mobil dengan cc di bawah 2.000, sekaranga pakai SUV yang sekali isi bensin minimal Rp. 300 ribu. Seorang teman pernah bercerita tentang atasannya yang bergaji Rp. 25 juta, tapi setiap bulan stres karena anggarannya selalu defisit buat nyicil mobil, rumah, biaya salon istrinya, sekolah anaknya yang mahal dan sebagainya. Kebanyakankita, ketika pendapatan naik, naik juga kebutuhannya (baca: keinginan). Kita tidak belajar dari “ayam” tadi.

Saya sendiri tidak luput dari cara mengelola uang seperti itu. Meskipun saya sudah tahan sedemikian rupa, tapi tetap saja kadang-kadang diluar kontrol. Saya punya kebiasaan impulse buying, beli sesuatu tanpa rencana. Berbisnis fashion seperti saya ini mengharuskan untuk sering mengunjungi mal, pasar atau pusat perbelanjaan untuk updating tren terbaru. Godaannya itu, luar biasa. Seperti kemarin, iseng-iseng lihat
stereo set di mal dan langsung beli tanpa berpikir panjang. Tapi itu masih aman selagi dibayar tunai dan tidak dibayar dengan kartu kredit. Gaya hidup berhutang dengan kartu kredit itu sangat berbahaya. Saya ada beberapa teman yang stres dikejar-kejar debt collector karena menggunakan kartu kredit dengan ugal-ugalan.

Kartu kredit itu ibarat api, menjadi teman ketika kecil menjadi monster ketika besar. Saya hanya menggunakan kartu kredit untuk jaga-jaga saja dan tidak digunakan untuk membeli barang konsumtif. Kartu kredit saya gunakan hanya untuk berlangganan TV kabel dan internet. Selebihnya saya lebih suka menggunakan kartu debit.

Kartu kredit pun cukup satu, yang silver dengan limit Rp. 7 jutaan. Tawaran platinum selalu saya tolak, meskipun diiming-imingi plafon yang tinggi dan fasilitas mewah lainnya. Saya tidak ingin “tampak kaya”. Maunya kaya beneran. Hehe…

Majalah Reader’s Digest terbaru memuat tulisan tentang gila belanjanya orang Indonesia. Fenomena membludaknya pemborong sendal Crocs sampai antri 4 jam hanya untuk membayar saja adalah contohnya. Bahkan ada pembeli dari Surabaya yang harus menginap di hotel untuk memperlancar proses hunting sandal ringan yang digilai tua muda ini. Pertumbuhan transaksi kredit konsumsi sampai Mei 2009 naik sampai Rp. 17 triliun dari Rp. 367 triliun menjadi Rp. 384 triliun, sementara kredit investasi hanya naik Rp. 3 triliun dari Rp. 259 triliun menjadi Rp. 262 triliun.

Menurut saya, kelas menengah Indonesia sedang berduyun-duyun masuk perangkap buaya. Perlahan namun pasti suatu saat akan terjadi ledakan, seperti kejadian di Amerika saat ini. Mereka mengira ekonomi fine-fine aja, income stabil, pokoknya gesek aja terus, soal bayar pikirin nanti aja. Tiba-tiba mereka tersadar sudah berada di pinggir jurang yang no turning back.

Fakta menarik di luar negeri sana (Amerika dan Eropa), saat ini sedang terjadi gelombang gaya hidup alternatif, gaya hidup kebalikannya. Mereka mengistilahkannya dengan gaya hidup minimalis, esensial, natural, green living atau apa pun. Intinya adalah gaya hidup sederhana, apa adanya, secukupnya. Mereka rupanya sudah bosan dengan kapitalisasi yang di-drive oleh kebutuhan-kebutuhan semu.

Banyak sekali blog atau website yang menawarkan gaya hidup seperti ini. Salah satunya yang sering saya baca adalah blog Mnmlist besutan Leo Babauta, pemilik blog Zen Habits yang punya ratusan ribu pembaca itu.

Apa itu gaya hidup minimalis? “It’s about stuff, and how it has come to overwhelm us.It’s about distractions and commitments and a neverending task list. It’s about the culture of more, of bigger, of consumption. It’s about how less is the answer”, jelas Leo di blognya.

Saya suka dan kepincut dengan ide ini. Saya merasakan gaya hidup more, more, and more itu mulai menyesakkan. I need an alternative lifestyle. Mungkin inilah jawabannya.

Saya sedang berusaha menuju ke sana, seperti kata Leo dalam blognya.
Ia tidak mengatakan bahwa ia sudah 100% mempraktekkannya. Tapi ia sedang dalam proses menuju ke sana. Masih banyak perilakunya yang kontradiktif dengan prinsip-prinsip minimalis ini. Saya pun demikian. Apalagi selepas Ramadhan ini saya berpikir harus ada sesuatu yang baru yang saya praktekkan sebagai wujud dari berpuasa yang intinya adalah “menahan” itu. Menahan dari segala keinginan, menahan dari segala pemborosan dan sebagainya.

Saat menulis tulisan ini saya begitu bersemangat dan antusias. Bisa-bisa jadi kepanjangan untuk ukuran blog. Makanya saya sudahi dulu.Nanti insya Allah saya sambung lagi.
Roni, Owner Manet Busana Muslim


Salam,

Fadil Arif
Grosir Kerajinan Kulit
Sejuta Pengusaha

Rabu, Oktober 21, 2009

5 Hukum Hebat Berbisnis


Dalam buku The Go Giver, dinyatakan ada 5 Hukum Hebat dalam Berbisnis, yaitu :

Hukum Pertama
" Nilai Anda sebenarnya ditentukan oleh seberapa banyak yang Anda berikan dalam bentuk nilai lebih daripada pembayaran yang Anda peroleh"

Inti dari hukum ini adalah :
* Semua orang senang dihargai, misalnya dengan menghafal namanya/tgl.lahir/rumahnya/pekerjaan/dll.
* Hal-hal yang menyenangkan bagi Siapapun atau bagi pelanggan
* Memberi nilai lebih dari uang yang Anda dapat

Hukum Kedua
" Pendapatan Anda ditentukan oleh berapa banyak orang yang Anda layani dan sebaik apa Anda melayani mereka "
Hukum ini juga disebut Hukum Kompensasi

Ada beberapa macam alasan orang untuk melakukan suatu pekerjaan, tetapi ada 3 alasan universal untuk bekerja, yaitu :
" Bertahan untuk Hidup, Menabung, dan Melayani ". Kita sekarang masih masuk dalam kategori apa?.

Hukum Ketiga
" Pengaruh Anda ditentukan oleh berapa besar Anda melakukan untuk kepentingan orang lain "

Hukum Keempat
" Hal yang paling berharga yang harus Anda berikan kepada oranglain adalah diri Anda sendiri"

Dalam kita berbisnis, sebenarnya hanya 10% dipengaruhi oleh ketrampilan teknis, sedangkan yang 90% adalah ketrampilan manusia.
Hukum ini juga disebut Hukum Autensitas

Hukum Kelima
" Hukum Kemampuan untuk menerima "

* Kunci untuk memberi dengan efektif adalah selalu terbuka untuk menerima
* Untuk memperolehnya, untuk memilikinya adalah memberi, memberi dan memberi. Rahasia memperoleh adalah memberi. Disebut juga sebagai Hukum Kesuksesan

Wassalam,

Fadil Arif
Grosir Kerajinan Kulit
SejutaPengusaha

Selasa, Oktober 20, 2009

How to be on Employed and at the same time to be businessman too?

How to be an employee and at the same time to be a businessman too?

Now, the famous or hot news which almost people said is between the right brain/ a businessman with the left brain/ an employee. Each of the group give the different argument.

I want to divide my experience and the trick about how to be a businessman and at the same time to be an employee too? It’s difficult to manage the time as an employee and also to do the business at the same time.

If we ever success on business, so we want to increase or to have more branch-company. Even, if we do it when we are as an employee.. (It’s like me)

Now, I’m a teacher in SMK N 2 Malang (23 Years) and for business for 15 years :
♣ 1984, after I’m graduated from Senior High School, I can’t continue study in University. Because I don’t have money. I work everything but it’s legal..
♣ 1986, I’ve appointment to be PNS, as TU and change to be a teacher after I’m graduated from University.
♣ 1993, I have free lance after I work in office. With sell the hand watch.
♣ 1994, I work in leather furniture field. Because beside of my house (In Tajinan, Malang) there are a leather jacket business. And because I don’t have many time to promote it, so i get the cooperation with any shop.
♣ 1996, I try to search the tailors and 7 employees.
♣ 1998, My business is develop.. I buy a shop and open the Showroom in Bululawang with 11 employees.
♣ I join in many exhibition, On 2004, the cooperation ministry want me to join in The Indonesian Best Product on Kuala Lumpur, Malaysia.
♣ 2005, I’m open 2 branch-company in Mall (Matos) and Tanggulangin, Sidoarjo. But I’m unfortunate.. Because the operational cost is not balanced. So my branch-companies must to closed and I have many debt.
♣ 2006-2009, I get the job which have the big potency. I sell shoes, bag, etc.
♣ Until now, I have 3 branch-companies and on June 2009 I will open the 4th branch-company.

For my experience in business, and it’s not disturb my activity in office, so I search employees and must have the sale system and the report of it.



The several point/ the important thing that must to give attention are :
 We must to still responsibility for the activity in office
 We must to can completed the work in office
 We must to get the good relationship with relation
 For the business operational, we must to trust with our employees
 We can to control the business with all of the communication tools, without always come to the place..

So, finally.. If we can manage everything well and responsibility with all peoples, so to be the employee and to be a businessman at the same time is not too difficult..

Wassalam

Fadil Arif
WebScrip.Com

Minggu, Oktober 18, 2009

Launching

Bismillahirrohmanirrohiim

Pada Hari ini Minggu
Tanggal. 18 Oktober 2009


Telah di Launching




Menciptakan

Sejuta Pengusaha Online


Think Big and Kick Ass

Demikianlah mantra yang diserukan oleh Donald Trump sebagai kunci sukses memenangkan tahun 2008
Think big. Ya saya tahu. Tahun ini kita disuruh untuk think big.
Then what? Kick your big fat ass! Take action! Jangan duduk aja. Hajar!
Nah, itu baru kena. Think big and kick ass.
Lantas, bagaimana contoh prakteknya?
Saya baru menemukan kisah menarik mengenai "think big and kick ass" dari Bill Zanker, seorang promotor seminar dan workshop pembelajaran bernama Learning Annex.
Bill Zanker sangat berterima kasih kepada Donald Trump. Karena, berawal dari provokasi Trump-lah perusahaannya naik level secara dramatis dalam setahun. Perusahaannya tumbuh dari penjualan US $ 5,5 juta pertahun menjadi $ 110 juta.
Di tahun 2004, ia memberanikan diri "menawar" Donald Trump sebagai salah satu pembicara di seminarnya.
Berulang kali menghubungi sekretaris Trump, dan selalu ditolak mentah-mentah untuk berbicara dengan pengusaha real estate terkaya di jagat ini.
Akhirnya ia mengubah cara pendekatannya.
Trump sangat suka dengan uang. Ia akan "straight to the point" saja menawarkan sejumlah uang kepada sekretarisnya.
"Saya menawarkan $ 10.000 untuk Mr. Trump agar mau berbicara satu jam di seminar saya", ungkap Zanker kepada Norma, sang sekretaris. Uang sejumlah itu adalah besar Zanker.
"Cuma segitu? Saya rasa tidak menarik", tukas Norma.
Zanker tidak menyerah.
"Bagaimana kalau $ 25.000?", pintanya. "Tidak, tetap tidak menarik", jawab Norma.
"Oke, saya akan menawarkan Mr. Trump $ 50.000", tawar Zanker lagi.
Tetap ditolak.
Zanker tertegun. Ia menyadari bahwa penawarannya itu adalah penawaran yang "aman" menurut kemampuannya.
Seminggu kemudian ia menelpon lagi dengan keberanian dan risiko yang lebih besar.
"Saya menawarkan jumlah terbesar yang pernah saya tawarkan kepada seorang pembicara, $ 100.000".
Tapi Norma bergeming dan tanpa ragu menjawab, "Tidak. Donald Trump tetap tidak mau".
Bill Zanker terduduk lemas. Apakah saya harus mengurungkan niat untuk mengajak Donald Trump", batinnya.
Ia teringat pelajaran yang diberikan oleh Anthony Robbins kepadanya, "Bila anda ingin berhasil secara besar, anda harus mendorong diri anda melampaui batas kemampuan anda. Anda harus memompa diri dan membawa diri anda ke dalam mental hiper".
Ia memutuskan untuk berpikir besar (think big) dan bertindak besar. Donald Trump adalah orang yang besar.
Ia harus menaikkan level bila ingin berdiri selevel dengan Donald Trump.
Dengan menghela nafasdalam ia kuatkan mental diri. Ia menelpon Norma kembali dan menawarkan $ 1 juta untuk berbicara satu jam di Learning Annex.
Padahal, saat itu pendapatan perusahaan baru $ 5,5 juta. Jumlah peserta seminarnya selama ini tidak pernah lebih dari 700 orang.
Dalam waktu kurang dari satu jam, Donald Trump menelpon balik. Ia menerima penawaran itu. Jantung Zanker berdegup kencang.
Namun, Trump mengajukan syarat yang hampir tidak mungkin dipenuhi. "Saya ingin yang hadir tidak kurang dari 10.000 orang".
Zanker tidak pernah membayangkan bisa mengadirkan orang sebanyak itu.
Tapi tetap dijawabnya dengan gagah berani, "Oke, saya akan datangkan 10.000 orang".
Dengan segenap daya upaya, ternyata yang hadir mencapai 31.000 orang. Itulah awal dari Learning Annex Wealth Expo.
Kisah Bill Zanker ini membuktikan bahwa dengan berpikir besar, hal-hal besar pun akan menghampiri kita.Perusahaannya tumbuh 400% dalam setahun sejak berkenalan dengan Trump.
Semoga bermanfaat, sumber dari blog Bpk.Rony

Wassalam,

Fadil Arif
Kerajinan Kulit
WebScrip.com


Sabtu, Oktober 10, 2009

More To Service, More To Get The Profit

MORE TO SERVICE, MORE TO GET THE PROFIT

If we want to success and develop
So the service is everything

Perhaps we know that the one of an employee duty is the leadership. The ideal employee is to be the leader too. On the new paradigm, the best leader is the leader who can give the good service for the customer. Means that employee as a leader and as the servicer too. Don’t think that employees want to service.

In this context, perhaps we need to know that as an employee, who open the new business, it is very important to make ‘service’ as the priority. For example, how can we service the customer?, how can we do to make the customer happy? And for us if we have the progress, so the customer will given the service by our employees. And the employees will service by the manager, the manager will service by directure, and the directure will service by businessman. So, who will service the businessman?

The answer is muchly. But I think the service concept is easy to said but very difficult to do.
As the employee who have many experience, it’s clear that we will always communication with many people. And as the leader of the company, absolutely must to service many people is the part of the job. Service many people means that our business is begin. I think, to service is must to defeat our self before give the service to peoples. Service can’t to favoritism. Service means that we service the people in our business area and it’s impossible if we work without the service.

Service the employees is give our attention for them. Service the manager is give appreciation and service for customer is the priority of our job. The company which want to develop or success, so the service is everything. The service business will wreak the more profit.

The opinion of Robet T Kiyosaki from his book ‘Rich Kid, Smart Kid’ is if we build a business which service a thousand of customer, as our profit from this business, we will be a millionaire. And if we can service the millions of customer, so we will be a milyader. Because of that, We are as an employee must to service all of the customer. Trust me, with we service many people(The customers), we will get the more profit.

Wassalam

Fadil Arif
WebScrip.Com

Sabtu, Oktober 03, 2009

See With The Conscience

SEE WITH THE CONSCIENCE

For optimistic people, this life is easy, nothing difficulties. All of the problem absolutely can to manage. Vice versa, for the pessimist people, this life is difficult cause there are many problems.

Several people is the optimistic people. To see this life not only with their brain but also with their conscience. Who is the conscience here? The conscience is your original self. Choose it as your friend, in all of the condition (Happy or Sad) because on our conscience there are a desire.
The conscience always take us to the kindness. Vice versa, the devil will always tempt to make us on the wrong way. If you always near with the conscience, so the angel will be near with you too.

For example, when we meet with our best friend, if you and your best friend are near with the conscience, so you are same and trusted. The angel of your best friend will meet with your angel, and will be come the kindness. The kindness is the basic of successful.
On physically, perhaps the eyes and the thinking are easy to differentiate who’s the very beautiful, handsome or simple. But when you must to choose who’s the honesty people and can believed, I’m sure that your eyes and thinking can’t answer or can’t to determine it. Just the conscience who can determine it. So, because of that, you must to near with your conscience.

When we near with our conscience, so we will get many of easiness. Unpredicted, many people are support us and everything will be easy. It’s called “Principle of Least Effort”

5 steps to near with the conscience :
Pray
Back to nature
Meditation
To do the kindness
Thinking to other people

When we often see the life with the conscience, so we will get the best way and the profit always come to us. Amin...

Wassalam

Fadil Arif
WebScrip.com